Senin, 27 Maret 2017

Psikologi pendidikan resume 2



Pembelajaran
Apa itu pembelajaran?
            Proses pembelajaran adalah fokus utama dalam psikologi pendidikan. Ketika orang ditanya apa fungsi sekolah itu, mereka biasanya akan menjawab, ‘membantu murid untuk mendapatkan ilmu atau belajar’.
Apa yang disebut dengan belajar dan bukan belajar
            Pembelajaran (learning) dapat difenisikan dengan pengaruh permanen atas perilaku, pengalaman, dan keterampilan berpikir, yang diperoleh melalui pengalaman. Tidak semua yang kita tahu itu diperoleh melalui belajar. Kita mewarisi beberapa kemampuan-kemapuan itu sejak kita lahir, atau tidak dipelajari. Misalnya, kita tidak lagi harus diajari menelan makanan, berteriak, atau berkedip saat silau. Tetapi, kebanakan dari perilaku manusia tidak diwariskan begitu saja. Saat anak menggunakan koomputer dengan cara baru, bekerja lebih keras memecahkan masalah, mengajukan pertanyaan secara lebih baik, menjelaskan jawaban dengan cara yang lebih logis, atau mendengar dengan lebih perhatian maka dengan itu berarti seseorang itu sedang menjalankan proses dari belajar.
Pembelajaran melibatkan perilaku akademik dan non-akademik. Pembelajaran itu sendiri dapat berlangsung di sekolah dan tempat dimana saja di seputar dunia anak.

Pendekatan untuk pembelajaran
            Tentu ada pandangan tentang pendekatan untuk pembelajaran, diantaranya pendekatan kognitif dan bihavioral.
.   
 -        - Behavioral
Pandangan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diobservasi bukan dengan proses mental.menurut kaum behavioris, perilaku adalah segala sesuatu yang kita lakukan dan dapat dilihat secara langsung seperti: anak membuat poster, tersenyum pada anak, murid menggangu murid lain, dan sebagainya. Adapaun proses mental adalah diartikan oleh psikologi sebagai pikiran, perasaan, dan motif yang kita alami namun tidak bisa dilihat oleh orang lain. Meskipun kita tidak bisa melihat pikiran, perasaan, dan motif secara langsung, semua itu adalah sesuatu yang rill. Proses mental antara lain pemikiran anak tentang cara membuat poster, perasaan senang guru terhadap muridnya, dan motivasi anak untuk mengontrol perilakunya.
Menurut behavioris, ini semua tidak bisa diobseravasi secara langsug tapi, pengkondisian klasik dan operan, yang merupakan dua pandangan behavioral, kedua pandangan ini menekankan pembelajaran asosiatif, dan apa itu pembelajaran asosiatif?, pembelajaran asosiatif adalah pembelajaran bahwa dua kejadian saling terkait. Contohnya pembelajaran asosiatif terjadi ketika murid mengasosiasikan atau mengaitkan kejadian yang menyenangkan dengan pembelajaran sesuatu di sekolah, seperti guru tersenyum ketika seorang murid mengajukan pertanyaan yang bagus kepada guru itu. Diskusi analisis perilaku terapan juga mencerminkan pandangan behavioral yang fokus pada perilaku yang dapat diamati dan pembelajaran asosiatif.
  
          - Kognitif
Para psikologi semakin cenderung ke pandangan kognitif selama dekade terakhir abad ke-20 dan penekanan kognitif ini terus berlanjut sampai sekarang. Penekanan kognitif menjadi basis bagi banyak pendekatan untuk pembelajaran (Driscoll, 2000; Hunt, 2002; Roediger, 2000; Wells & Claxton, 2002). Disini kita akan membahas empat pendekatan kognitif utama untuk pembelajaran:
- kognitif sosial (Pendekatan kognitif sosial menekankan bagaimana faktor perilaku, lingkungan, dan orang (kognitif) saling berinteraksi memengaruhi proses pembelajaran).
- pemrosesan informasi kognitif ( Menitikberatkan pada bagaimana anak anak  memproses informasi melalui perhatian, ingatan, pemikiran, dan proses kognitif lainya).
- konstruktivis kognitif ( Menekankan konstruksi kognitif terhadap pengetahuan dan pemahaman).
- konstruktivis sosial ( Ini lebih fokus kepada kolaborasi dengan orang lain untuk menghasilkan pengetahuan dan pemahaman).
Dengan menambahkan empat kognitif ini pada pemdekatan behavioral, kita sampai pada lima pendekatan utama: behavioral, kognitif sosial, pemrosesan informasi kognitif, konstruktivis kognitif,dan konstruktivis sosial. Semuanya menunjang pemahaman kita tentang bagaimana anak belajar.

Sabtu, 25 Maret 2017

psikologi pendidikan resume 1

MOTIVASI
            Apa itu motivasi, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegiatan perilaku. Dalam pengajaran, motivasi aspek yang sangat penting, komponen utama dari prinsip psikologi learned centre atau proses pemberi semangat arah dan keggigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Mengapa Terry Fox menyelesaikan larinya? Ketika Terry masuk rumah sakit karena kanker dia berkata kepada dirinya sendiri bahwa jika dia bisa bertahan hidup maka dia akan melakukan sesuatu untuk membantu mendanai riset kanker. Jadi, motivasi dari tindakanya berlari itu adalah untuk memberi tujuan bagi hidupnya dengan membantu orang lain yang mengidap kanker.
            Tindakan Terry Fox dilakukan dengan semangat, punya arah (tujuan) dan gigih (bertahan lama). Selama berlari melintasi Kanada dia menjumpai banyak rintangan seperti angin kencang, hujan lebat, salju dan jalan es. Karena kondisi ini, dia rata-rata menempuh 8 mil selama bulan pertama, jauh dari yang direncanakanya. Tetapi dia terus bertahan dan mempercepat langkahnya pada bulan kedua sampai dia kembali ke jalur tujuanya. Tindakanya merupakan contoh dari bagaimana motivasi dapat membantu kita bertahan dan mencapai sesuatu.

Perspektif motivasi
 Perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda pula. Berikut empat perspektif yang ada Behavioral, Humanistik, Kognitif, Sosial. Berikut ini penjelasan dari ke-empat perspektif tersebut
A.     Perspektif Behavioral
Perspektif Behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif adalah kejadian atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid.pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan dalam pelajaran, dan mengarahan perhatian kepada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat. (Emmer dkk., 2000).


B.     Perspektif Humanistik
Perspektif Humanistik menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka,. Dan kualitas positif (seperti peka terhadap orang lain). Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Menurut hierarki kebutuhan Maslow, kebutuhan individual harus dipuaskan sebagai berikut: fisiologis, keamanan, cinta dan rasa memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri. Dan aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi dan sulit dalam hierarki Maslow, aktualisasi diri adalah motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebgai manusia. Seperti contoh: bagi beberapa murid, kebutuhan kognitif mungkin lebih fundamental ketimbang kebutuhan harga diri. Murid lain mungkin memenuhi kebutuhan kognitif mereka walaupun mereka harus merasakan cinta dan rasa memiliki.
C.     Perspektif Kognitif
Perspektif kognitif, pemikiran murid akan memandu motivasi mereka. Jadi perspektf kognitif lebih menekankan pemikiran murid akan memandu motivasi mereka, dan juga arti penting dari penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju satu tujuan. Perspektif kognitif bertentangan dengan behavioral, berpendapat bahwa tekanan eksternal seharusnya tidak dilebih-lebihkan.
D.    Perspektif Sosial
Perspektif sosial motivasi untuk berhubungan dengan orang lain secara aman, membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. Murid yang punya hubungan yang penuh perhatian dan supportif biasanya memiliki sikap akademik yang positif dan lebih senang bersekolah.salah satu faktor terpenting dalam motivasi dan prestasi murid adalah persepsi mereka mengenai apakah hubungan mereka dengan guru bersifat positif atau tidak.
            Dari penjelasan di atas adalah tentang motivasi secara umum dan akan ada beberapa motivasi lagi nantinya.

Sabtu, 18 Maret 2017

Tugas Psikologi Pendidikan tentang belajar implikasi


Tugas Psikologi Pendidikan
 Kelompok: 10
Fikri Dien (161301016)
Izdihar Afra (161301022)
Yuliasti (161301027)
Dinda Pramadi Putri (161301037)
Yusnita Tarigan (161301038)
Gita Clara Tinambunan (161301063)
Farel Andhika Fajar (161301067)

Cari bagaimana implikasi atau contoh cara belajar pada tahap perkembangan TK, SD, SMP, dan SMA terhadap pendidikan! 
Penyelesaian :
Pada tahap perkembangan TK (Taman Kanak-Kanak)
Tahap perkembangan pada masa TK kurang lebih sesuai dengan masa kanak-kanak awal yang berkisar antara usia 2-6 tahun. Pada fase ini, anak-anak mengalami empat macam masa yaitu, masa negativitis (trotzalter), masa bermain, masa eksplorasi, dan juga masa meniru. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Jean Piaget, tahap kognitif pada masa ini berada pada tahap praoprasional di mana bersifat egosentris dan juga ada kemajuan dalam bahasa. Sedangkan pada teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg, masa ini berada pada tahap prakonvensional yang dibagi menjadi dua tahap: a) tahap 1 (2-4 tahun) orientasi hukuman dan b) tahap 2 (4-6 tahun) orientasi ganjaran. Dengan kata lain, anak-anak yang berada pada tahap 1 dapat diberikan hukuman apabila melakukan kesalahan karena mereka belum dapat membedakan dengan baik antara yang benar dan yang salah, sedangkan anak-anak yang berada pada tahap 2 dapat diberikan ganjaran (pujian) untuk setiap perbuatan baik yang mereka lakukan.
Dalam masa ini, penting sekali untuk melakukan penanaman moral, mengingat salah satu yang terjadi pada masa ini adalah adanya masa meniru. Hal lain yang juga penting adalah bahwa tidak memaksakan anak-anak pada masa ini untuk belajar karena masa ini adalah masanya bermain, tidak ada larangan untuk belajar terlebih jika dilakukan sambil bermain dan juga tidak adanya paksaan terhadap anak. Pada masa ini juga keingintahuan anak-anak meningkat sehingga mereka akan sering bertanya untuk mengetahui lebih banyak hal dan juga untuk memenuhi keingintahuannya. Maka dari itu, metode pendidikan yang tepat pada masa ini adalah belajar sambil bermain untuk mengasah kemampuan softskill-nya serta memberikan penjelasan mengenai keingintahuannya diiringi dengan penanaman moral yang tepat.
Contoh:
a.     Beberapa taman kanak-kanak yang berbasis “sekolah alam dan sains” mengajak para peserta didiknya untuk mengekplorasi alam dan juga meningkatkan keberanian serta kekompakan mereka dengan adanya kegiatan outbound yang menjadi salah satu kegiatan wajib di sekolah mereka tersebut.
b.    Sebuah taman kanak-kanak mengajarkan pada muridnya berhitung dengan cara bernyanyi sambil bermain dengan harapan anak tersebut bisa meningkatkan kemampuan berhitung dengan baik dan lebih cepat.

Pada tahap perkembangan SD (Sekolah Dasar)     
Siswa SD adalah mereka yang usianya masih sekitar 6-11 tahunan, usia yang senang-senangnya bermain. Jelas ini membuat para guru SD harus kerja lebih keras dalam menerapkan berbagai strategi           belajar.
        Dalam belajar siswa SD terkadang mengalami kesulitan dalam mengingat sesuatu. Ditambah lagi jika materinya banyak, pasti lebih sulit lagi. Nah disinilah guru harus memberikan sebuah langkah jitu untuk mengatasi itu semua. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan metode "Chunking". Metode chunking adalah metode yang memudahkan siswa dalam mengingat            sesuatu.
Contoh dari penggunaan metode ini, misalkan siswa di suruh mengingat sederet kata: Sapi, Rumput, Lapangan, Tennis, Air, Anjing, Danau. Dalam hal ini siswa bisa mempergunakan metode chungking untuk mengingat kata tersebut,
Menjadi :
"SAPI terlihat makan RUMPUT disamping LAPANGAN TENNIS. Setelah itu ia meminum AIR yang tidak jauh dari ANJING yang sedang memandang DANAU di sebrang"
Salah satu cara belajar yang juga bisa digunakan untuk siswa SD adalah dengan metode mengembangkan brainstorming. Brainstorming adalah teknik di mana orang-orang dalam sebuah kelompok didorong untuk menghasilkan ide kreatif, saling bertukar gagasan, dan mengatakan apa saja yang ada di pikiran mereka yang tampaknya relevan dengan isu tertentu. Cara ini dapat dilakukan oleh sang guru dengan melontarkan sebuah pertanyaan atau suatu isu sehingga membiarkan siswa SD mengeluarkan pendapatnya semaksimal mungkin, walaupun pendapat yang dilontarkan bisa menjadi hal yang tidak masuk akal. Hal ini dilakukan agar siswa SD berani dalam mengeluarkan apa yang difikirkannya.

Pada tahap perkembangan SMP (Sekolah Menengah Pertama)
Pada tahap perkembangan SMP (Sekolah Menengah Pertama) merupakan masa remaja (Adolescence) yang dimulai dari usia 11/12 tahun – 18/24 tahun. Pada tahap ini perkembangan emosional yang tidak stabil, berubah-ubah, dan cenderung meledak-ledak serta perkembangan kognitif yaitu pada tahap operasional formal di mana masih memiliki pola berpikir cenderung egosentris yaitu berpikir mengenai suatu hal menurut pandangannya sendiri. Pada tahap ini cara belajar yang tepat diberikan pada anak SMP ialah belajar sambil berdiskusi dalam kelompok. Dengan berdiskusi berarti ia harus mendengarkan dan menerima pendapat serta saran dari orang lain sehingga melatih diri untuk menahan emosional yang tidak stabil tersebut serta mendengarkan pandangan atau pendapat dari orang lain mengenai suatu hal. Maka, belajar sambil berdiskusi dalam kelompok ialah cara belajar yang tepat pada tahap perkembangan SMP (Sekolah Menengah Pertama).
Anak usia smp merupakan anak-anak pada usia peralihan kanak-kanak dan dewasa. Disebut masa remaja.  Pada masa ini anak akan mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan fisiknya dan psikisnya, sehingga proses belajar yang tepat digunakan iyalah  menumbuhkan sikap disiplin anak,  misalnya dengan memberikan hukuman pada anak yang tidak mengerjakan tugas,  hal tersebut akan membuat anak malu, mengingat masa ini adalah masa perkembangannya maka sang anak akan mulai merasa tertarik kepada lawan jenisnya, hal tersebut dapat menjadi motivasi pada anak untuk selalu tampil lebig baik. Proses belajar lainnya juga dapat di padukan dengan lingkungan. Mereka akan lebih memahami pelajaran bila pelajaran terjebut dipadukan dengan hal-hal yang menyanangkan. Misalnya belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya, membawanya ketempat-tempat yg nyaman atau sesuai dengan pembelajaran.
Pada tahap perkembangan SMA (Sekolah Menengah Atas)
Pada masa SMA antara usia 15-18 tahun yaitu masa remaja, mereka mulai mencari identitas mereka. Pada masa ini, remaja mampu memahami dan mengkaji konsep-konsep abstrak dalam batas-batas tertentu. Kecenderungan-kecenderungan remaja untuk melibatkan diri dalam hal-hal yang tidak tergali, guru dapat membantu mereka dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses dengan memberi penekanan pada penguasaan konsep-konsep abstrak. Karena siswa pada usia remaja ini masih dalam proses penyempurnaan penalaran, guru hendaknya tidak menganggap bahwa mereka berpikir dengan cara yang sama dengan guru. Cara yang baik dalam mengatasi bentuk-bentuk pemikiran yang belum matang ialah membantuk siswa menyadari bahwa mereka telah melupakan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Namun,bila permasalahan tersebut merupakan masalah kompleks dengan bobot emosi yang cukup dalam, hal itu bukan tugas yang mudah.
Kelompok belajar terdiri dari siswa-siswa yang memiliki variasi bahasa yang berbeda-beda baik kemampuan maupun polanya. Sehubungan dengan itu, dalam mengembangkan strategi belajar mengajar di bidang bahasa, guru perlu memfokuskan pada kemampuan dan keragaman bahasa anak. Anak diminta untuk melakukan pengulangan pelajaran yang telah diberikan dengan kata-kata yang disusun sendiri. Dengan cara ini, guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa mereka. Kalimat atau cerita anak tentang isi pelajaran perlu diperkaya dan diperluas oleh guru agar mereka mampu menyusun cerita yang lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri.





Comments System

Disqus Shortname