Sabtu, 04 Maret 2017

psikologi pendidikan tentang belajar asosiasi


Tugas Psikologi Pendidikan
Kelompok: 10
Fikri Dien (161301016)
Izdihar Afra (161301022)
Yuliasti (161301027)
Dinda Pramadi Putri (161301037)
Yusnita Tarigan (161301038)
Gita Clara Tinambunan (161301063)
Farel Andhika Fajar (161301067)

Classical Conditioning: Belajar Asosiasi
Pengertian belajar menurut classical conditioning adalah suatu bentuk di mana stimulus netral yang berupa conditioned stimulus (CS) dipasangkan dengan unconditioned stimulus (UCS) untuk dapat mengubah unconditioned response (UCR) menjadi conditioned response (CR) hanya karena adanya CS.
Elemen kunci dari classical conditioning adalah asosiasi dari dua stimulus. Classical conditioning sendiri dapat dihilangkan dengan counter conditioning. Classical conditioning, salah satunya, berperan dalam memahami masalah phobia.

Contoh Classical Conditioning, antara lain:
1.    Seorang anak selalu mencuci piringnya setelah selesai makan karena ibunya pernah memintanya melakukan hal tersebut sebelumnya. Setelah terbiasa melakukan hal tersebut, sang ibu mencoba untuk menaruh piring kotor lainnya di tempat cuci piring, sang anak yang hendak mencuci piring yang baru dipakainya pun mencuci piring kotor lainnya juga. Hal tersebut dilakukan berulang kali. Sehingga, jka sang anak tidak memiliki kegiatan dan melihat ada piring yang kotor, ia pun akan langsung mencucinya saat itu juga walaupun tidak ada piring yang dipakainya.
2.    Seorang wanita hanya berselera makan jika hidangan utama yang akan dia makan pedas. Namun, ternyata wanita itu menikah dengan seorang pria yang menyukai hidangan utama yang manis. Setiap hari, ia pun memasak untuk hidangan pedas dan hidangan manis pada satu waktu dan juga ikut memakan keduanya. Hal itu berlangsung terus-menerus hingga sang wanita menjadi berselera makan walaupun hidangan utama yang tersaji adalah hidangan yang manis dan tidak ada hidangan yang pedas.
3.    Seorang anak yang terbiasa tinggal dengan orangtuanya dengan terpaksa harus mengekos karena berkuliah di kota lain. Pada dua minggu pertama, ibunya juga ikut tinggal di tempat kosnya agar sang anak lebih mudah beradaptasi untuk tinggal tanpa ibunya. Setelah batas waktu yang telah ditentukan, ibunya kembali ke kota asalnya, sang anak pun mulai terbiasa untuk tinggal di tempat kosnya walaupun sang ibu tidak bersamanya.
4.      Seorang satpam di sebuah kantor di perintahkan untuk membukakan pintu mobil bossnya, karena dia terlalu sering melakukan itu. Pada suatu hari satpam itu tetap membukakan pintu mobil bossnya tanpa di perintahkan oleh bossnya.
5.      Seorang anak laki-laki di suruh oleh ayahnya untuk mencuci mobil yang kotor, karena setiap melihat mobil kotor anak itu pasti mencucinya. Pada suatu hari si anak melihat mobil itu kotor dan tanpa disuruh pun si anak langsung mencuci mobil tanpa perlu diperintahkan oleh ayahnya.

Operant Conditioning
Operant Conditioning (juga dinamakan pengkondisian instrumental) adalah sebentuk pembelajaran di mana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulang. Di dalam Operant Conditioning memiliki dua Inforcement (penguatan) dan hukuman. Dua Inforcement tersebut ialah Positive Inforcement yaitu penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung atau rewarding, Negative Inforcement yaitu penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan), dan hukuman yaitu konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
 Contoh dari Operant Conditioning, antara lain :
·         Positive Reinforcement
1.      Saat saya berada di kelas 1 SMP sewaktu pembagian rapot semester pertama, saya mendapatkan peringkat pertama di kelas. Saya merasa sangat senang dan memberitahu kedua orang tua saya tentang kabar gembira itu. Orang tua saya memberikan pujian dan memberikan reward berupa handphone setelah beberapa hari mengetahui kabar gembira itu. Aku semakin merasa senang dan membuat ku semakin termotivasi untuk mendapatkan peringkat pertama lagi di semester-semester berikutnya.

Positive Inforcement :
Pemberian pujian dan reward berupa handphone dari orang tua sehingga membuat ku untuk terus mendapatkan peringkat pertama.
Stimulus yang mendukung yaitu pemberian pujian dan reward dari orang tua.
Respons yang meningkat yaitu untuk terus mendapatkan peringkat pertama.

2.      Saya belajar tilawah (MTQ) dengan seorang guru mengaji saat berumur 10 tahun. Pada awal belajar tilawah, saya merasa kurang percaya diri untuk memulai mengaji berirama seperti yang telah dicontohkan guru saya. Namun, seiring waktu rasa percaya diri saya mulai muncul yang membuat saya mulai berani untuk mengikuti irama mengaji guru saya. Keberanian ini muncul karena kedua orang tua saya selalu memberikan keyakinan dan dorongan bahwa saya mampu untuk melakukannya. Hingga suatu saat, saya mulai mengikuti perlombaan tilawatil Quran (MTQ), perlombaan yang pertama kali saya ikuti mendapatkan juara harapan dua. Kemudian, saya menyadari bahwa saya mampu melakukannya dan harus menjadi lebih baik lagi di perlombaan selanjutnya. Saya berpikir jika saya mengaji lebih baik lagi pasti saya akan mendapatkan posisi juara yang lebih baik pula. Oleh karena itu, saya belajar lebih keras dan lebih giat lagi. Hingga pada perlombaan berikutnya saya mendapatkan juara 3, juara 2, hingga juara 1.

Positive Inforcement :
Pemberian semangat, keyakinan, dan dorongan dari orang tua yang membuat saya terus ingin melakukan yang terbaik hingga akhirnya bisa mendapatkan juara 1 pada lomba MTQ.
Stimulus yang mendukung yaitu pemberian semangat, keyakinan, dan dorongan dari orang tua.
Respons yang meningkat yaitu terus ingin melakukan yang terbaik hingga akhirnya bisa mendapatkan juara 1 pada lomba MTQ.

·         Negative Inforcement
3.      Saat saya mulai memasuki masa remaja di mana masa pencarian identitas diri dan cenderung memiliki emosi yang tidak stabil. Saya menjadi lebih pemarah dan egois, pola belajar saya juga sempat tidak teratur karena saya sering berpergian dengan teman-teman sekolah. Suatu saat, nilai ujian saya tidak sebagus biasanya dan saya merasa sangat menyesal, sesampainya di rumah saya menceritakan tentang nilai saya kepada orang tua saya. Tetapi, mereka tidak memarahi saya melainkan memberikan sindiran-sindiran yang membuat saya merasa bersalah. Sejak itu, saya mulai bisa mengontrol diri saya dan sebisa mungkin mengatur pola belajar saya menjadi lebih baik.

Negative Inforcement :
Pemberian sindiran-sindiran dari orang tua yang membuat ku merasa bersalah sehingga membuat ku ingin berusaha lagi untuk mendapatkan nilai yang baik seperti yang biasanya aku dapatkan.
Stimulus yang tidak menyenangkan yaitu pemberian sindiran-sindiran dari orang tua.
Respons yang meningkat yaitu berusaha lagi untuk mendapatkan nilai yang baik seperti yang biasanya aku dapatkan.

4.      Keponakan saya yang berumur 5 tahun cukup sulit untuk disuruh mandi. Dia terlalu banyak bermain yang membuatnya keletihan sehingga ia langsung tertidur. Dan saat dibangunkan cukup sulit untuk menyuruhnya mandi. Sehingga, ibunya mengomelinya setiap kali ia disuruh mandi. Namun, karena sudah terlalu sering diomeli oleh ibunya. Akhirnya, ia tidak sulit lagi untuk disuruh mandi karena tidak ingin mendengar omelan dari ibunya laginya.




Negative Inforcement :
Pemberian omelan secara terus-menerus dari ibunya yang membuat si anak tersebut tidak sulit lagi untuk disuruh mandi karena tidak ingin mendengar omelan ibunya lagi.
Stimulus yang tidak menyenangkan yaitu pemberian omelan secara terus-menerus dari orang tua.
Respons yang meningkat yaitu tidak sulit lagi untuk disuruh mandi karena tidak ingin mendengar omelan ibunya lagi.

·         Punishment atau Hukuman
5.      Saat pelajaran biologi, saya tidak membawa buku biologi yang membuat saya mendapatkan hukuman dari guru biologi saya. Sebagai akibatnya, saya tidak diizinkan masuk untuk mengikuti mata pelajaran Biologi darinya.

Punishment atau Hukuman :
Pemberian hukuman berupa tidak diizinkan untuk masuk ke kelas yang membuat saya pada pertemuan berikutnya akan selalu membawa buku Biologi.


Kognitif
·         Dalam belajar kognitif, faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran seseorang ialah dalam bentuk penerimaan, pengelolaan dan memutuskan informasi. Sebagai contoh, dalam kehidupan sehari-hari saat kita mendengar nada dering panggilan handphone, kita akan memutuskan untuk menjawab panggilan kemudian berbicara dengan si penelfon atau menolak panggilan tersebut kemudian melanjutkan kegiatan kita. Saat kita memutuskan menerima panggilan tersebut, disinilah dimana kita melakukan proses kognitif , yaitu kita dapat menerima, mengolah, dan memutuskan suatu informasi tersebut. 
·         Dalam belajar kognitif, faktor lain yang mempengaruhi proses belajar seseorang ialah bagaimana seseorang memahami hal-hal baru yang ada disekitarnya dan kemudian ditransformasikan sebagai pengetahuan. Misalnya, seorang siswa akan mencoba memahami pelajaran yang dijelaskan oleh guru. Siswa akan mulai berfikir, lalu memahami pelajaran tersebut dan kemudian menerapkannya. Sebagai contoh, guru tersebut menjelaskan pelajaran mengenai bumi dan kerusakan alam,  siswa akan mulai berfikir, lalu memahami bahwa kerusakan alam itu dapat berdampak sangat buruk bagi kehidupan manusia. Setelah memahami pelajaran tersebut, siswa akan mulai mengevaluasi dan menerapkan hal-hal yang dapat mencegah rusaknya lingkungan hidup manusia. Hal tersebut termasuk dalam belajar kognitif karna dalam prosesnya menyangkut proses belajar yang berhubungan dengan nalar atau pikiran.
·         Seorang pengemudi motor yang baru belajar di ajarkan oleh bapaknya, dia sedang mencoba untuk memahami apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Jika dia tidak melanggar di hari itu, dia tentu mengetahui akan terjadi sesuatu yang buruk seperti kecelakaan.
·         Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat berita yang tidak diketahui kebenarannya. Kemudian kita memutuskan untuk tidak mempercayainya.
·         Saat para wanita sedang berbelanja di mall, dia tentu melihat barang bagus. Akan tetapi, uang yang dia bawa tidak mencukupi untuk membeli barang tersebut. Kemudian dia memutuskan untuk menghiraukan barang bagus tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comments System

Disqus Shortname